LIHATLAH UCAPANNYA JANGAN LIHAT ORANGNYA

Disandarkan kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, bahwa beliau berkata :

أنظر ما قال ولا تنظر من قال

Lihatlah apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang mengatakan

Senada dengan ucapan di atas, Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi rahimahullahu juga mengatakan :

أنظر إلى القول ولا تنظر إلى القائل
Perhatikanlah ucapannya jangan memperhatikan yang mengucapkan

?? Apakah ucapan di atas mutlak benar?

Saya katakan :
ولكن هذا ليس على الإطلاق…
Namun hal ini tidaklah mutlak…
هذا خاص لمن يعرف الحق والخير
Ini hanya khusus berlaku bagi orang yang mengetahui kebenaran dan kebaikan
أما عوام الناس لا يعرفون الحق ولا يعرفون الخير، فلا…
Adapun kebanyakan orang awam yang belum tahu kebenaran dan kebaikan, maka tidak berlaku…

Karena itu yang jadi parameter dan standar adalah mengetahui dan mengenal al-Haq!!!

Koridor yang tepat dalam hal ini adalah sebagaimana yang diucapkan oleh Ubay bin Ka’ab :

اقْبَلِ الْحَقَّ مِمَّنْ جَاءَكَ بِهِ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا بَغِيضًا ، وَارْدُدِ الْبَاطِلَ عَلَى مِنْ جَاءَكَ بِهِ ، وَإِنْ كَانَ حَبِيبًا قَرِيبًا
Terimalah kebenaran yang datang padamu walaupun berasal dari orang jauh yang kau benci, dan tolaklah kebatilan yang sampai padamu walaupun berasal dari orang dekat yang kau cintai.

Maka dari itu, Kaidah Yang Tepat dalam hal ini adalah :
WAJIB MENERIMA KEBENARAN DARIMANAPUN DATANGNYA
➖NAMUN TETAP WAJIB SELEKTIF DALAM MENCARI KEBENARAN.

Inilah obyektivitas dan sikap wasathiyyah (pertengahan) ahlus sunnah. Tetap menerima kebenaran meskipun dari lisan setan, namun tetap berhati-hati dalam mencari kebenaran, karena tidak boleh belajar dan mencari kebenaran dari setan.

Alangkah benarnya yang dipaparkan oleh Syaikh Rabi’ al-Makdkholi

استفد من الإنسان ولا تعتمد في كل شيء و خذ من الحق وخذ من الخير  إذا كان أهلا لذلك ولا تقلده
Ambillah Faidah dari orang lain namun jangan bersandar padanya dalam segala hal. Ambillah yang benar dan baik saja, Apabila ia memang dikenal dalam hal ini, namun janganlah taqlid padanya.

Ini sebagaimana perkataan Imam Malik :

كل قول يؤخذ ويترك إلا قول النبي
Setiap ucapan boleh diterima dan ditolak, kecuali ucapan Nabi

Karena itu :
➖Wajib bagi kita belajar dan menuntut ilmu untuk mengenal kebenaran, karena ilmu lah yang akan menjadi parameter dan standar.
➖Selektif dalam belajar dan menuntut ilmu. Karena ilmu itu agama, maka perhatikanlah darimana kamu mengambil agamamu.
➖Apabila sampai suatu perkataan yang haq dan baik (tentunya ditimbang dengan ilmu), maka wajib diterima meskipun berasal dari musuh yang sangat dibenci.
➖Sebaliknya, jika sampai suatu ucapan yang bathil walaupun berasal dari orang yang dicintai dan dihormati, maka wajib ditolak.
➖Jangan lihat orang yang mengatakan, namun lihatlah apa yang dikatakan. Ini berlaku bagi orang yang telah mengetahui kebenaran itu sendiri. Jika tidak tahu, lantas bagaimana dia bisa menilai ucapkan tersebut di atas kebenaran atau tidak.
➖Ucapan ini juga sebagai dorongan bagi kita untuk menjauhi bersikap fanatik terhadap person, individu atau figur tertentu. Karena tidak ada yang ma’shum kecuali hanya Nabi yang mulia ﷺ.

والله أعلم

Depok, 29 Shofar 1438 H.
Akhukum Abu Salma
@abinyasalma

Baca selengkapnya